Literasi Pemanfaatan Daur Ulang Limbah KWT Gondo Arum Tingkatkan Ekonomi dan Kesejahteraan
Su sana dan Anik Hartiyah merasakan betul manfaat mengikuti Literasi Pemanfaatan Daur Ulang Limbah yang diselenggarakan UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Mereka semakin terampil mengolah limbah menjadi barang yang lebih bermanfaat. Sebagai wakil kelompok wanita tani (KWT) Gondo Arum Kelurahan Garum, Susana bersama Anik Hartiyah langsung mengumpulkan anggota guna menerapkan ilmu serta pengalaman yang didapat selama mengikuti literasi tersebut. ”Ini sebagai bentuk tanggung jawab menjadi wakil KWT Gondo Arum menularkan ilmu atau pengalaman yang diperoleh,” ujar Susana.Selama mengikuti Literasi Pemanfaatan Daur Ulang Limbah, banyak ilmu yang didapat. Di antaranya sospeso, sebuah teknik crafting. Yakni memotong dan menempel motif ke mika sospeso. Kemudian dipanaskan di atas api, lilin setelah lentur ditekan-tekan menggunakan burin stik dengan ujung bulat guna membentuk lengkungan sesuai pola yang diinginkan pada spon sebagai alas sehingga memiliki tampilan tiga dimensi. Hasil dari kerajinan sospeso ini dapat diaplikasikan pada berbagai media seperti clutch/dompet, sebagai hiasan pada pigura, wall decor, kalung etnik, ataupun bros. Dengan begitu limbah memiliki nilai jual tinggi. “Ini ilmu serta pengalaman baru bagi kami, dan hasilnya sungguh diluar dugaan, bagus sekali,” tandas Susana. Retnosari, istri Lurah Garum Harwoto, berterimakasih kepada UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Sebab, telah diberikan kesempatan dan kepercayaan kepada Kelurahan Garum serta seluruh anggota KWT Gondo Arum. “Semoga ilmu yang didapatkan bermanfaat dan bisa meningkatkan keterampilan, mampu mengubah limbah bernilai ekonomi tinggi guna meningkatkan kesejahteraan,” ujarnya. (han/her/bud)
Literasi Video Blogging (Vlog), Tumbuhkan Kreasi Meraup Cuan
Literasi Video Blogging (Vlog) yang dihelat UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno, sukses melahirkan generasi muda berkualitas. Buktinya, Treni Fitriyana, pemilik Treni Allshop asal Sanankulon jebolan pelatihan Literasi Vlog, kini mampu membuat video blogging yang menarik. ”Dulu sebelum mengikuti Literasi Vlog, buat video hanya asal rekam saja. Barulah setelah mengikuti Literasi Vlog video saya lebih terkonsep,” ujarnya. Selain membuat konsep sebelum ke lapangan, teknik- teknik pengambilan gambar lebih diperhatikan. Baik berupa foto maupun video. Sehingga sangat mendukung dalam pembuatan konten-konten creator yang digelutinya. Bagi Youtuber sekaligus Tiktoker ini kini lebih mengasah soft selling, sehingga membuat penasaran pada produk yang direview.Dengan demikian makin diminati produsen barang atau jasa yang ingin masuk dalam konten-konten kreasinya. Nah, dari sinilah Treni banyak mendapatkan sampel-sampel produk dari produsen secara gratis. Juga diskon maupun fee dari produkproduk yang diendosenya. Tentunya pundi-pundi cuan pun bertambah.Hal ini selaras dengan harapan dan tujuan perpustakaan melakukan transformasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Itu agar bisa memberikan manfaat yang lebih besar. UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno bertransformasi berbasis inklusi sosial. Ini tidak hanya untuk sekadar mempertahankan eksistensi, namun juga bentuk dukungan terhadap program pembangunan berkelanjutan pemerintah agar tepat sasaran. (han/her/bud)
Literasi Wastra Nusantara Membuka Peluang Baru Tingkatkan Nilai Jual Batik Djagadjowo
Literasi Wastra Nusantara berperan besar untuk mengembangkan wawasan serta keterampilan. Bukan hanya soal produksi batik, tapi juga pemasaran, termasuk secara online. Ini membuka peluang lebih besar bagi batik Djagadjowo merambahdunia digital. Inilah yang dirasakan Eni Setiawati setelah mengikuti Literasi Wastra Nusantara yang diselenggarakan UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Bagi Eni, mengikuti Literasi Wastra Nusantara menambah banyak ilmu. Utamanya dalam dunia batik. Kini batik produksinya lebih sarat makna. “Batik tidak hanya sebatas gambar atau karya seni yang dituangkan pada kain semata. Namun mampu bercerita, memiliki historis, doa, serta harapan bagi pemakainya,” ujarnya.“Sehingga mempunyai nilai jual tinggi pada karya batik yang dihasilkan,” imbuhnya. Literasi Wastra Nusantara menjadi bukti bahwa literasi tidak semata dalam bentuk tulisan. Namun bisa dituangkan dalam bentuk disain batik, sehingga banyak ide-ide kreatif muncul. Satu di antaranya desain batik Tri Sakti Bung Karno. Eni menceritakan, sesuai isinya, batik Tri Sakti Bung Karno bermakna berdaulat dibidang politik, berdikari dibidang ekonomi, dan berkepribadian dibidang kebudayaan. Berdaulat bidang politik digambarkan burung Garuda sebagai lambang negara. Padi warna keemas an sebagai lambang berdikari dibidang ekonomi, serta candi untuk melambangkan kebudayaan.
Cerita Nur Rohmad, Petani Desa Ampelgading Produksi Kopi Berkualitas Ikut Literasi Kopi, Tingkatkan Ekonomi
Dusun Tegalrejo, Desa Ampelgading, Kecamatan Selorejo. Di sana Nur Romhad lahir dan tinggal bersama orang tuanya. Kini, dia tak lagi susah payah berjualan mie ayam di Malang untuk menambah pemasukan ekonomi. Dia cukup mengembangkan usaha pengolahan kopi miliknya. Bahkan, dia juga bisa memanen kopi dari kebunnya sendiri. Ditemui bersama tim dari UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno, dan Jawa Pos Radar Blitar di rumahnya beberapa hari lalu, Rohmad, sapaannya, banyak bercerita tentang bisnisnya tersebut. “Setelah saya ikut Literasi Kopi di Perpustakaan Proklamator Bung Karno, ada ilmu baru yang diperoleh. Begitu juga pengelaman dan teman baru. Yakni tentang kopi,” ungkapnya. Rohmad memang belum lama terjun di dunia kopi. Dia baru lebih serius saat lulus SMA. Kala itu dia belajar desain grafis di Malang. Malam harinya, jualan mie ayam dan kopi. Pada 2017 pilih pulang ke kampung halaman. Lebihserius mengembangkan usaha kopi. “Saya ingin kopi Ampel gading bisa lebih bernilai ekonomi,” ujarnya. Nah, dia lantas iseng ikut Literasi Kopi yang digelar UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Dia mengetahui informasi tersebut dari instagram, selanjutnya mendaftar. Sampai akhirnya lolos seleksi dan ikuti Literasi Kopi Juni lalu. Itu merupakan kali kedua. Kali pertama, Rohmad sudah ikutLiterasi Kopi pada April tahun lalu. “Saya juga kenalkan kepada teman-teman di sana (saat ikut Literasi Kopi, Red) bahwa di Blitar ada kopi yang berkualitas,” katanya. Nah, selain pengolahan, teknik penyeduhan kopi, serta pemasaran, Rohmad juga mendapat ilmu tentang branding produk saat ikuti Literasi Kopi. Hal itulah yang kini juga dia terapkan dalam bisnisnya. “Jadi bagaimana cara membranding produk. Setelah paham, saya terapkan. Alhamdulillah banyak customer baru,” jelas owner Pawone Coffe tersebut. Sebelum ikut Literasi Kopi, Rohmad mengaku pemasaran bubuk kopi buatannya cenderung lokal. Kalaupun ke luar daerah tidak banyak. Namun pasca ikuti Literasi Kopi, permintaan dari luar daerah meningkat. Itu jelas mempengaruhi omzet. “Dulu (sebelum ikut Literasi Kopi, Red) omzet antara Rp 1-2 juta. kini sekitar Rp 5 juta,” imbuhnya. Dia berharap, UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno bisa kembali menggelar event serupa. Utamanya pelatihan terkait penanganan pasca panen kopi. Dengan begitu, masyarakat ikut terbantu dana pelaku usaha bisa terus mengembangkan bisnisnya. Otomatis, bisa mengurangi pengangguran. “Terimakasih Perpustakaan Proklamator Bung Karno yang telah menggelar Literasi Kopi, sehingga bisnis saya berkembang, omset saya meningkat.Salam literasi,” tandasnya. (han/her/wen)
Literasi Kopi: Bikin Dani Percaya Diri
Dani Hidayatur Rohman, benar-benar merasakan dampak positif mengikuti Literasi Kopi yang digelarUPT Perpustakaan Prkolamator Bung Karno. Buktinya, dulu warga Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejoitu berjualan minuman kopi hanya dalam kemasan botol dan dititipkan pada warung temantemannya. Kini, usahanya berkemnbang. Dia percaya diri berani membuka angkringan coffeenergi. Menu uang ditawarkan makin beragam. ”Dulu hanya kopi susu dan milk shake, kini mampu menyajikan berbagai menu kopi. Diantaranya espresso, caffe latte, latte art, capucino, serta kopi susu dengan berbagai turunannya,” tutur Dani. Selama mengikuti Literasi Kopi banyak teman, relasi, serta ilmu tentang kopi diperoleh Dani. Bertukarpengalaman sesama peserta literasi serta langsung belajar kepada ahlinya. Yakni Owner Bins Coffe & Supplies Adityo Aji Nugroho, dan Profesional Photo and Drone Grapher Herry Susanto. Keduanya juga barista yang sudah tak diragukan lagi kemampuannya. Literasi Kopi merupakan salah satu cara melestarikanide dan gagasan Bung Karno. Yakni dalam bidang peningkatan keterampilan dalam menyajikanberagam jenis kopi. Ada beberapa tujuan digelarnya Literasi Kopi. Salah satunya memberi bimbingan dan motivasi kepada peserta agar dapat meningkatkan keterampilan, kreativitas meracik kopi sebagai bekal kemandirian. Kegiatan tersebut juga untuk menginspirasi serta memfasilitasi proses belajar dan berbagi pengalaman antar peserta di perpustakaan berbasis literasi. Tak kalah penting, yakni sebagai momen refleksi untuk mengungkap kembali pemikiran, idealisme Bung Karno dalam memerdekakan dan mengisi kemerdekaan dalam bentuk keterampilan yang berguna.(han/her/bud)
Literasi Mustikarasa: Bangkitkan Percaya Diri Antarkan Yolana Tika Fadila Jadi Pengusaha Catering
Literasi Mustikarasa mampu merubah Yolana Tika Fadila dalam menjalankan usaha kuliner. Dulu diahanya bantu-bantu orang tua dan tetangga. Nah, usai mengikuti Literasi Mustikarasa, dia buka usaha olahanmasakan dan kue. Berbagai pesanan masakan seperti ambeng ataupun berbagai macam kue kerapditerimanya. Ini sejalan dengan fungsi perpustakaan tak sekadar sebagai tempat membaca. Namun menjadi ruang terbuka bagi masyarakat. Untuk berbagi pengetahuan, bertukar pengalaman, dan berlatih berketerampilan. Utamanya dalam bidang kuliner untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan. “Dari sini saya banyak belajar berbagai resep masakan nusantara serta berbagai macam olahan kue,” ujar Yolana. Tidak hanya sampai disitu, selama mengikuti Literasi Mustikarasa juga diajari membuat frozen Food,mengolah ubi dan kentang serta banyak belajar food plating. Yakni cara menata serta menyajikan masakan di atas piring, dengan memperhatikan posisi dan kompsisi. Tujuannya, agar makanan yang disajikan lebih terlihat estetik dan cita rasa tinggi, ditambah dengan food photograpy guna menunjang pemasaran secara online. Bukan cuma teori pemateri juga memberikan contoh memotret makanan agar hasilnya lebih estetik. (han/her/bud)
Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial: Merajut Keterampilan
Kreativitas Lely Edelweis tak perlu diragukan. Ibu rumah tangga itu memilih mengisi waktu luangnyauntuk mengembangkan hobi dalam bidang kerajinan tangan. Utamanya membuat beragam rajutan. Hebatnya, produk tersebut mampu menambah pundi-pundi rupiah, membantu pemasukanekonomi keluarga. Keahliannya itu juga ditularkan kepada masyarakat. Dia kerap menjadi pengajar dalam berbagai acara UMKM di Kota Blitar dan sekitarnya. Membuat rajutan merupakan produk andalannya. Di antaranya tas, dompet, taplak meja, dan lain sebagainya. Pameran produk UMKM menjadi salah satu cara untuk memasarkan produk. Bagi Lely Edelweis, kemapuannya untuk menghasilkan produk kerajinan tangan berkualitas tidak lepas dari perpustakaan. Berawal dari hobbinya membuat vlog, membuat dirinya mengenal Perpustakaan Proklamator Bung Karno. Wanita berhijab itu lantas banyak berkunjung ke perpustakaan nasional tersebut. Tujuannya, menambah referensi utamanya terkait dengan membuat beragam jenis kerajinan tangan. Bak gayung bersambut. Lely mendapatkan informasi bahwa Perpustakaan Proklamator Bung Karno menggelar pelatihan mengenai berbagai kreasi kerajinan tangan. Yakni literasi hastakarya. Tentu saja, Lely langsung mendaftarkan diri mengkuti pelatihan selama tiga hari itu. Lebih semangat lagi, kegiatan itu diisi pemateri berkompeten dibidangnya, sehingga bisa menambah ilmu para peserta. Usai ikuti pelatihan, Lely terus mengembangkan skill. Dia membeli bahan-bahan untuk kebutuhan merajut. Dia membuat beragam jenis rajutan sesuai ilmu yang diperoleh saat mengikuti Literasi Hastakarya. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Karyanya direpos positif banyak orang. Setiap hari ada pesanan yang diterima lely. Utamanya rajutan berupa dompet dan tas. Keduanya lebih terlihat elegan dan berkelas. Sebab, Lely membuatnya secara manual. Detail pengerjaan juga menjadi perhatian. Dikombinasikan berbagaiwarna sehingga lebih terlihat menarik. Terkait laba, wanita ramah itu mengaku bisa meraih sekitar Rp 3 juta perbulan. Tidak hanya untuk menghasilkan income, keahlian Lely tersebut juga ditularkan kepada orang lain. Baginya, ilmu yang bermanafaat dan dimanfaatkan lebih berharga daripada uang.
Literasi Hasta Karya: Wujudkan Masyarakat Kreatif, Inovatif, dan Sejahtera
UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno ikut berperan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya dengan menggelar literasi hastakarya. Ini juga sebagai wujud transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Harapannya, kegiatan tersebut bisa meningkatkan kreativitas juga inovasi untuk peningkatan ekonomi serta kesejahteraan para peserta. Para peserta literasi hastakarya yang digelar Perpustakaan Proklamator Bung Karno, mendapatkan ilmu langsung dari para pakar. Salah satunya Owner Excellent, Andres Excellent.Para peserta diajarkan bagaimana membuat berbagai kerajinan bernilai ekonomi. Beberapadi antaranya, membuat kreasi hantaran, merangkai bouqet, menghias paket seserahanpernikahan dengan berbasis bahan pustaka. Sauma Raihantina, salah seorang peserta mengaku mengikuti pelatihan yang diselenggarakan UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno besar manfaatnya. “Setelah mengikuti Literasi Hasta Karya, kini pesanan bouqet, paket seserahan, hantaran dan kreasi gift box juga semakin banyak dan bervariasi,” ujarnya. “Tidak terbayangkan sebelumnya, ternyata banyak barang-barang memiliki nilai ekonomi tinggi setelah mendapatkan pengolahan, sentuhan yang tepat,” imbuhnya. Tak ayal, pesanan bouqet, paket hantaran, serta paket seserahan pun semakin banyak didapat Sauma. Bahkan, bisa membantu kakaknya membuatkan kotak jajanan lebih bervariasi. “Banyak untungnya, setelah mengikuti literasi diPerpustakaan Bung Karno selain makin inovatif, kreatif, keuntungan juga makin bertambah,” jelasnya. Perpustakaan Nasional didukung Bappenas membuat konsep transformasi layanan berbasis inklusi sosial. Dengan transformasi pengetahuan seperti pelatihan, dan pendampingan kegiatan bernilai ekonomi, diharapkan akan berdampak pada kesejahteraan. Semakin banyak yang memanfaatkan, diharapkan akan timbul kreativitas, inovasi baru yang membawa pengetahuan baru dan kesejahteraan. Dengan demikian perpustakaan tidak hanya sekadar tempat membaca buku. Namun jadi ruang terbuka bagi masyarakat. Yakni untuk berbagi pengetahuan, bertukar pengalaman, dan berlatih keterampilan untuk meningkatkankesejahteraan. (bud/han/her)